Kisah Keluarga yang Mendapat Upah Karena Kesabarannya

Dahulu kala hiduplah 2 orang majusi kakak beradik. Mereka berdua adalah penyembah api yang dipercayai sebagai tuhannya. Sang kakak menyembah api telah cukup lama sudah 73 tahun. Sedangkan adiknya masih selama 35 tahun.

Mereka berdua ingin menemui seseorang yang dapat menunjukkan jalan yang benar dan lurus yaitu menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pengasih dan Maha segalanya. Bukan api yang masih dapat membakar dirinya meski telah disembahnya berpuluh-puluh tahun.

Orang yang hendak ditemui dua orang majusi kakak beradik itu adalah Malik bin dinar di negeri Basrah, yang saat itu tengah memberi dakwah tentang agama Islam kepada masyarakat disana.

Ketika mendengar dakwah Malik bin Dinar, kedua kakak beradik itu mengakui kebenaran agama Islam. Namun sang kakak timbul keraguan dalam dirinya. Jika ia masuk agama Islam, ia khawatir tentang keluarga dan tetangganya yang akan mencela dirinya, karena telah berpuluh-puluh tahun ia beragama Majusi dengan menyembah api.

Akhirnya sang kakak pulang ke negerinya, sementara sang adik bersama istri dan anak-anaknya menetap di Basrah mendengarkan dakwah Malik bin Dinar.

Setelah Malik bin Dinar selesai memberi dakwah, lelaki itu menghampirinya. Dan diceritakan maksud kedatangan keluarga, yaitu mencari kebenaran dengan memeluk agama Islam. Tentu saja maksud itu diterima dengan baik oleh Malik bin Dinar. Dituntunnya mereka membaca kalimah syahadat, dan diajarinya tentang agama Islam. Dengan masuknya keluarga majusi itu ke dalam agama Islam, diterima dengan suka cita dan penuh keharuan oleh kaun muslimin.

Ketika keluarga baru berpamitan, Malik bin Dinar mencegahnya

Malik bin Dinar:”Janganlah tergesa-gesa pulang, tinggallah sebentar, aku akan minta

kerelaan sahabat-sahabat lain agar memberi sumbangan untuk keluarga

kalian.”

Lelaki               :”aku tak menghendaki itu. Aku tak ingin dianggap sebagai penjual agama

dengan harta sumbangan itu.

Maka pulanglah keluarga muslim baru itu dan tinggal di kampung halaman tempat asalnya.

Istri                  :”Pergilah suamiku, untuk mencari pekerjaan untuk memberi nafkah

keluargamu.

Dengan segera pergilah laki-laki itu mencari pekerjaan di pasar. Tapi tak seorang pun bersedia memberi pekerjaan kepadanya. Masyarakat sekitar tempat tinggalnya telah mengucilkan keluarga itu, karena dianggap murtad dari agama nenek moyang mereka, agama majusi.

Karena tak ada lagi yang mengacuhkannya, pergilah lelaki itu ke sebuah masjid yang terletak agak jauh untuk menunaikan shalat. Sampai larut malam ia mengerjakan shalat dan kemudian pulang dengan rasa lapar dan tanpa membawa makanan untuk keluarganya.

Istri                  :”Apakah kau tak memperoleh pekerjaan, sehingga kau pulang tanpa

membawa makanan?”

Lelalki              :”Sabarlah istriku, aku telah bekerja untuk sang Raja, tetapi hari ini beliau

belum memberiku upah. Semoga besok Dia akan memberikannya padaku.”

Lelaki itu menghibur istrinya. Dan semalaman, keluarga itu terpaksa tidur dalam keadaan perut melilit karena menahan lapar.

Keesokan harinya, kembali laki-laki itu pergi ke pasar mencari pekerjaan agar memperoleh uang untuk membeli makanan bagi keluarganya. Tetapi seperti hari kemaren orang-orang di pasar tak menggubrisnya, ia benar-benar telah dikucilkan oleh masyarakatnya. Kembali laki-laki itu pergi ke masjid untuk sholat. Sampai larut malam ia bersembahyang dan bekerja semata-mata hanya kepada Allah. Dan ketika pulang masih seperti kemaren, yaitu pulang dengan tangan hampa, tanpa membawa makanan untuk keluarganya.

Istri                  :”Kau pulang tanpa makanan lagi”

Istrinya menyambut di depan pintu.

Lelaki               :”Sabarlah istriku, aku sudah bekerja untuk Baginda Raja, malam ini mudah-

mudahan upahku diberikan, termasuk kerjaku yang kemaren.”

Malam itu kembali mereka tidur dengan rasa lapar seperti hari kemaren. Pagi harinya, ketika itu hari jum’at, lelaki itu kembali berusaha mencari pekerjaan di pasar seperti hari-hari sebelumnya. Namun hari itu juga mengalami nasib sial tak memperoleh pekerjaan. Seperti kemaren juga ia pergi ke masjid. Setelha melakukan sholat ia menengadahkan tangannya dan berdoa.

Lelaki               :”Ya Allah, Ya Tuhanku, sungguh Engkau telah memuliakan aku dan

keluargaku dengan agama Islam. Demi kehormatan agama yang kau

berikan kepadaku dan demi kehormatan hari jum’at yang mulia, aku

meminta rejeki untuk menghidupi anak dan istriku. Sehingga aku

memperoleh ketenangan dalam menjalankan perintah-Mu. Demi Engkau ya

Allah, sebenarnya aku merasa malu kepada keluargaku dan

mengkhawatirkan mereka akan berbalik iman karena kelaparan.”

Usai berdoa, lelaki itu sekali lagi mengerjakan shalat dua rekaat. Hingga siang hari lelaki itu tinggal di masjid untuk sekalian sholat jumat. Sementara anak dan istrinya di rumah menahan lapar.

Saat-saat menunggu kepulangan suaminya, istrinya di rumah kedatangan seorang tamu. Seorang pemuda tampan dengan membawa nampan dari emas yang ditutup kain berwarna keemasan.

Pemuda          :”Ambilah nampan ini. Katakan kepada suamimu, bahwa ini adalah upah

kerjanya selama dua hari. Dan katakan padanya untuk meningkatkan

kerjanya, niscaya akan ditambah pula upahnya apalagi di hari jum’at.

Dengan perasaan masih tak mengerti perempuan itu menerima nampan itu. Ketika pemuda itu pergi, dibukanya nampan itu, dan betapa terkejut ketika mengetahui isinya, yaitu 1.000 keping uang dinar. Perempuan itu mengambilnya satu keping dan dibawanya ke tempat penukaran uang. Ketika ditimbang uang dinar itu seberat du mitsqal. Penimbang uang dinar itu menjadi curiga melihat lukisan yang ada pada uang itu, tak seperti biasanya. Yang ini sngguh luar biasa.

Penimbang      :”Darimana kau memperoleh uang dinar ini.”

Maka diceritakan oleh wanita itu, bagaimana dia memperoleh uang dinar dari tamu yang tak dikenalnya sebagai upah dari kerja suaminya.

Penimbang      :”Tunjukkan aku kepada agama islam itu. Belanjakan uang ini. Jika ada yang

rusak kembalikan padaku’”

Penimbang uang dinar itu lalu memberi uang dirham sebagai hasil tukar uang dinar.

Sementara itu suaminya pulang dari masjid. Tubuhnya lunglai karena kelaparan dan lelah melakukan ibadah. Sepanjang perjalanan menuju rumah, lelaki itu merasa gelisah. Sebab hri ini pun ia pulang dengan tangan hampa, tanpa makanan untuk anak dan istrinya. Karena merasa malu dan bingung jika nanti istrinya bertanya, dibungkunya pasir dengan selembar kain untuk mengelabui istrinya, akan dikatakan bahwa yang dibawanya itu adalah tepung untuk makan sekeluarga nanti.

Namun betapa terkejutnya lelaki itu ketika memasuki rumahnya, dilantai terhampar tikar dan tercium bau masakan yang menyengat hidungnya. Diletakkan bungkusannya diluar rumah agar tidak diketahui istrinya. Dengan perasaan penuh tanda tanya, lelaki itu bertanya pada istrinya, apa sebenarnya yang telah terjadi.

Dengan penuh kegembiraan perempuan itu kemudian bercerita kepada suaminya. Mendengar penuturan istrinya, lelaki itu mengucapkan.

Lelaki               :”Subhanallah.”

Dan ia bersujud syukur kepada Allah karena telah memberinya rejeki sebagai imbalan kesabaran dan ketakwaannya.

Istri                  :”Bungkusan apa yang kau bawa tadi dan sekarang kau letakkan dimana?”

Lelaki               :”Tepung istriku.”

Lelaki itu berbohong untuk menutupi rasa malunya. Namun ketika bungkusan itu dibuka oleh istrinya. Betapa terkejutnya lelaki itu, karena isinya telah berubah menjadi tepung. Tak henti-hentinya lelaki itu mengucap syukur dan bersujud karena kehendak-Nya ia lepas dari rasa berdosa karena membohongi keluarganya.

Hikmah : ketika kita menyakini agama Islam dengan senantiasa terus beriman kepada Allah, dan yakin bahwa Allah akan memberi rejeki kepada kita , maka bersabarlah, Insya Allah.. Allah akan mengabulkan.


Cetak