Apakah benar kita manusia memerlukan cerita?
Menurut Prof. Riris K. Toha-Sarumpaet, M.Sc., Ph.D dalam sebuah seminar, Cerita adalah bagian dari hidup. setiap orang adalah bagian dari sebuah cerita. Kelahiran, pekerjaan, perjumpaan, usaha, ketegangan, penyakit, perkawinan, dan lain-lain adalah sebuah rentetan kejadian dan kisaha kemanusiaan yang amat menarik.
Bahkan cerita adalah narasi pribadi setiap orang, dan setiap orang suka menjadi bagian dari satu peristiwa, bagian dari satu cerita, dan menjadi bagian dari sebuah cerita adalah hakikat cerita.
Otak manusia juga disebut sebagai alat narasi yang bergerak dalam dunia cerita. Semua dapat mengingat dan mengenal mengenal dunia adalah karena keadaan cerita itu. Kalau semua pengetahuan itu tidak disimpan dalam bentuk cerita, tak akan bisa diingat. Itulah sebabnya segala yang disimpan dalam bentuk cerita jauh lebih bermanfaat dan bermakna daripada segala yang dijejalkan ke dalam otak hanya dalam bentuk fakta-fakta atau sekuen-sekuen yang sama sekali sulit dicari antar hubungannya.
Semua manusia memerlukan cerita. Demikian juga anak-anak, dan itu pula sebabnya anak-anak senang mendapatkan cerrita. Karena anak-anak langsung merasakan sebagai bagian dari cerita, dan percaya bahwa pencerita itu sangat peduli dan mencintainya. Dalam sesi cerita anak-anak merasakan kehangatan dan kebersamaan. Rasa haus pada cerita, mendengarkannya dan menjadi bagian darinya, juga tampil dalam kehidupan keseharian anak yang pada gilirannya suka menciptakan cerita. Anak-anak sangat mencintai cerita hingga sangat gemar membuat cerita, untuk dibagi dan sekaligus memastikan kebersamaannya dengan orang lain. (Dr. Subyantoro, M.Hum, 2007)
Itulah luar biasanya cerita yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.