PROLOG : Ada sebuah keluarga yang tinggal di sebuah gubug yang sudah tua, mereka adalah Pak Marwan dan istrinya, mereka hanya berdua saja dan tidak memiliki anak. Gubug tua yang mereka tempati sekarang sudah banyak yang rusak, genting yang bocor, dinding kayu yang sudah lapuk dimakan rayap.
Ibu Marwan : “Pak bagaimana dengan gubug kita ini yang sudah banyak yang rusak dan perlu diperbaiki”
P. Marwan : “Sabar, Bu, sampai sekarang kita belum memiliki uang untuk memperbaiki gubug kita ini”.
Ibu Marwan : “Padahal sekarang sudah musim hujan saya kuatir kalau terjadi sesuatu dengan gubug kita karena di desa sebelah kemaren terjadi angin puting beliung yang memporak-pondakkan beberapa rumah”
NARATOR : Pak Marwan hanya termenung saja. Sementara hari sudah menjelang senja dan langit terlihat gelap karena mendung. Tidak beberapa lama hujanpun turun dengan lebatnya. Suara halilintar menggelegar dan kilat pun terlihat menyambar-nyambar.
Ibu Marwan : “Pak, hujan mulai turun dan gubug kita sudah mulai kemasukan air dari bocornya genting gubug kita, saya takut sekali.”
P. Marwan : “Tenang Bu, bapak akan memperbaikinya.”
NARATOR : Pak Marwan sibuk untuk memperbaiki genting gubugnya agar bocornya dapat teratasi. Tiba-tiba kilat menyambar dan suara halilintar menggelegar, tidak beberapa lama angin bertiup kencang sekali. Sepertinya angin puting beliung datang. Gubug terasa bergoyang dan tidak beberapa ada suara berdebum yang keras sekali yang mengagetkan mereka.
Ibu Marwan : “Pak, suara apa itu pak, aku takut, jangan-jangan teras gubug kita roboh.”
P. Marwan : “Mari kita lihat keluar rumah bu.”
NARATOR : Dengan memakai senter, mereka berdua keluar dari rumah. Setelah dekat mereka melihat sebuah pohon besar yang selama ini berdiri di depan gubug mereka yang sudah berusia ratusan tahun tumbang.
P. Marwan : “Ternyata suara yang berdebum itu berasal dari pohon tumbang, Bu.”
Ibu Marwan: “Untung tidak menimpa gubug kita, pak. Andai saja gubug kita tertimpa pohon ini, pasti gubug kita sudah roboh rata dengan tanah.”
NARATOR : Melihat pohon yang tumbang, P.Marwan malah tersenyum. Sepertinya ada ide yang terpikir di otaknya.
Ibu Marwan : “Bapak kok malah tersenyum sendiri, bukannya kuatir dengan tumbangnya pohon ini.”
P. Marwan : “Begini, Bu, kita kan ingin memperbaiki gubug kita, pohon ini kayunya dapat digunakan untuk memperbaiki gubug kita sisanya dibuat kayu bakar dan sebagian lagi dijual untuk keperluan kita sehari-hari.”
Ibu Marwan : “Betul, pak, aku setuju. Ayo segera kita kerjakan.”
NARATOR : Mereka berdua akhirnya menggunakan kayu pohon untuk memperbaiki gubug mereka dan mereka gembira karena dengan musibah tumbangnya pohon di depan gubug mereka mendatangkan berkah yang tidak terkira.